Jumat, 03 Juli 2009

TAFSIR SURAH AN-NAAS


Oleh: Ustadz Ahmad Shamdani, S.Fil.I


Surah An-Nas adalah surah yang diturunkan sesudah surah al-falaq. Surah ini adalah makkiyah. Ada yang berpendapat madaniyah, namun sebagian besar ulama tafsir berpendapat surat ini adalah surah makkiyah. Tema utama surah ini adalah permohonan perlindungan kepada Allah SWT., Nabi Muhammad saw bersabda " Allah telah menurunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak ada bandingannya; Qul A'udzu bi Robbi an-Nas dan Qul A'udzu bi Robbil falaq (HR. Muslim dan at-Tirmidzi melalui 'Uqbah Ibn 'Amir al-Juhani). Yang dimaksud tidak ada bandingannya dalam hadis tersebut adalah dalam hal do'a meminta perlindungan. (Shihab, 2006: 637, tafsir qurtubi : 20: 260 dan tafsir al-munir lizuhaili: 30 : 479 ). Ulama hadis mengatakan bahwa hadis tersebut adalah hadis hasan dan shohih.

Surah an-Nas adalah permohonan perlindungan menyangkut segala macam kejahatan ( Tafsir al-Munir lizzuhaili:30: 478 ), di segala tempat dan waktu dan secara khusus disebutkan dari bisikan pembisik baik dari jenis jin dan manusia. Di dalam surah ini Allah menyebuntkan Jin lebih dahulu dari manusia karena godaan jin dan syaiton atau iblis adalah godaan terbesar bagi manusia yang sangat sulit untuk dilawan atau di antisipasi kerena ia dating dari segala segi dan penjuru yang kita tidak mengetahuinya. Pendahuluan jin dari manusia bukan berarti menafikan atau mengurangi kejahatan yang di perbuat oleh manusia, akan tetapi intensitasnya yang menjadikan ia disebutkan setelah jin (syaiton) atau iblis.

Surah ini mengajarkan Nabi saw agar memohon perlindungan dengan firman : Katakanlah wahai Muhammad, aku berlindung kepada Tuhan pemelihara manusia. Maha Raja yang menguasai manusia, Tuhan yang disembah dan di patuhi oleh manusia suka atau tidak suka.

Permohonan perlindungan di dalam surah ini adalah kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Ilah manusia. Ia adalah zat yang diminta perlindungannya dari segala jenis kejahatan bisikan syetan yang memasukkan bisikan kedalam dada manusia, baik dari golongan jin dan manusia.

Ayat pertama berbunyi " Qul A'udzu bi Robbi an-Nas", dari ayat ini kita dapat melihat redaksi pemilihan kata Rabb bukan Allah. Disini memiliki makna bahwa Rabb adalah pemilik dan pemelihara serta pendidik, yang melahirkan pembelaan, serta limpahan kasih sayang. Selain itu kata Rabb berarti Murobbi ( yang membina), Muwajjih (yang mengarahkan), Ra'iy ( yang memelihara ) dan Hamiy (yang melindungi ) (Quthb, 2003: 696). Allah adalah Rabb segala sesuatu, Raja segala sesuatu, dan ilah segala sesuatu.
Dalam surah ini sangat unik, Allah menyebutkan diriNya dengan kata Rabb,Malik, Ilah. Sebenarnya dari redaksi penyebutan ketiga sifat tadi kita dapat memahami bahwa Allah swt dengan sifat Rububuyahnya, sifat malik dan uluhiyahNya merupakan Rabb segala sesuatu,Raja serta Tuhan dari segala sesuatu yang telah Ia ciptakan. Allah menyebutkan diriNya dengan Rabb lebih awal dari malik dan Ilah merupakan tanda bahwa Rabb sebagai pelindung, pemelihara dan penjaga. Sedangkan malik adalah penguasa segalanya yang kemudian kata ilah yang berarti yang memiliki hak atas syukur dan ibadah manusia tidak ada selainnya (tafsir al-munir lizzuhaili:30:480).
Allah menurunkan ayat ini dan juga ayat al-falaq adalah menuntun manusia agar berlindung diri dari segala kejahatan yang dilakukan oleh makhluk ciptaannya yang durhaka yang menjerumuskan kelembah kehancuran dan kehinaan yang dikomandani oleh iblis terkutuk( Tafsirul wasiit lizzuhaili:3 : 2966)
Pada surah an-nas ini, allah menyebutkan pengulangan pada kalimat an-Nas sebanyak 5 kali namun secara umum dalam alqur'an Allah menyebutkan kata an-Nas sebanyak 241 kali, kata an-nas ini berarti kelompok manusia. Ia terambil dari kata an-nauws yang berarti gerak, ada juga yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata unas yang akar katanya berarti nampak (Shihab, 2006: 640).
Tiga ayat pertama dalam surah ini, Allah menyebutkan kata an-Nas sebanyak tiga kali, hal ini oleh sebagian ahli tafsir dikatakan memliki makna tersendiri dalam pengertian ketiga kata an-nas tersebut, mereka memaknai bahwa dari penyebutan kata an-nas itu dapat dibedakan menjadi tiga dalam hal perlindungan. Pertama, janin dan anak-anak kecil karena mereka memerlukan perlindungan, Kedua, orang-orang dewasa yang membutuhkan bimbingan serta penguasaan, Ketiga, orang tua yang karena ketuaanya sudah sangat membutuhkan kedekatan dan kepatuhan kepada Allah. Pemaknaan kata an-nas tersebut di atas ada yang menolaknya dari sebagian ulama karena ketiga kata an-nas itu dalam bentuk definit ( memakai alif dan lam), dengan begitu menandakan ketiga kata an-nas itu memiliki arti yang sama. Quraish Shihab dalam bukunya "Al-Misbah" berpendapat bahwa kata an-nas ayat-ayat tersebut bermakna seluruh manusia tanpa terkecuali.
Allah dengan segala rahmatnya mengarahkan Rosul-Nya dan ummatnya agar memohon perlindungan dan penjagaan kepada-Nya, dengan cara menghadirkan berbagai makna ketiga sifat Allah tersebut, dari kejahatan yang tersembunyi dan terus merayap yang tidak ada kuasa bagi manusia untuk menolaknya kecuali dari pertolongan Rabb, Raja dan Ilah.
Nash Al-Qur'an menyebutkan sifat terlebih dahulu bagaimana sifat syaiton "al-wawas al-khannas "bisikan syetan yang biasa bersembunyi" dan kemudian menentukan perbuatannya "yang biasa membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia." Dan kemudian menentukan siapa mereka sesungguhnya " dari (golongan) jin dan manusia" (Quthb, 2003: 696).
Urutan penyebutan ini menumbuhkan kesadaran kita, kepedulian dan perhatian di dalam perasaan untuk mengetahuai hakikat bisaikan syetan yang suka bersembunyi, kemudian tentang tata cara operasinya yang diperguanakan untuk mewujudkan kejahatannya. Tentu kita bertanya "bagaimana bisikan jin itu berlangsung?" kita tidak dapat mengetahuinya tetapi kita mendapati pengaruhnya dalam realita jiwa dan kehidupan kita. Allah telah menjadikan iman sebagai perisai bagi manusia, menjadikan dzikir sebagai perbekalannya, dan menjadiakan permohonan perlindungan sebagai senjata.
Syetan tidak akan pernah berhenti untuk membisikkan kejahatannya kepada manusia, baik itu syetan yang berupa jin maupun yang berupa manusia. Karena pada hakikatnya syetan merupakan musuh abadi bagi manusia, yang tidak akan pernah berhenti untuk mencelakakan manusia dengan cara apapun. Usaha kita manusia untuk menghindarinya adalah dengan iman yang kuat. Itu merupakan bentuk pertempuran yang kita usahakan, karena sesungguhnya apabila kita berdzikir maka syetan-syetan menjauh dari diri kita, namun apabila kita lalai ia bersemayam kembali dalam dada manusia dan membisikkan kejahatannya tanpa disadari oleh manusia.
Dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu berkata bahwa bersabda Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
" Yetan itu berada di hari anak adam. Bila anak adam mengingat Allah Ta'ala maka ia bersembunyi. Bila anak adam lalai maka ia membisikkan kejahatannya. (HR.Bukari )
Demikianlah Allah dalam firmannya memperingatkan kepada kita agar kita selalu berlindung kepadanya dengan menguatkan iman, banyak berdzikir dan memohon perlindungan kepadaNya, karena kita adalah insan yang lemah yang tidak akan mampu menghadapi bisikan kejahatan iblis, syetan dan antek-anteknya yang tidak kita ketahuia bagaimana, kapan dan dalam bentuk apa kejahatan itu dihembuskan kepada kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan pertolongan dari Rabb,Malik dan Ilah yang menguasai, menjaga dan memelihara semua yang ada di jagad raya ini…amein ya robbal 'alamin.


DAFTAR PUSTKA
Shihab,Qurays, 2006 "Tafsir Al-Misbah" Lentera Hati, Jakarta
Quthb, 2003 " Tafsir Fi Zhilalil Qur'an", Robbani Press, Jakarta
د وهبة بن مصطفى الزحيلي, 1418 هـ, التفسير المنير في العقيدة والشريعة والمنهج, دار الفكرالمعاصر- بيروت ، دمشق
أبو عبد الله محمد بن أحمد بن أبي بكر بن فرح الأنصاري الخزرجي شمس الدين القرطبي, 1964 م, الجامع لأحكام القرآن = تفسير القرطبي, دار الكتب المصرية - القاهرة
د وهبة بن مصطفى الزحيل, 1422 هـ, التفسير الوسيط للزحيلي, دار الفكر - دمشق

0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat

Anggota

Transletor

Kalenderku

mailsmoney.net